Wabup Siak Husni Merza Hadiri Rembuk Stunting Tingkat Provinsi Riau


Siak (gardasatu) - Wakil Bupati Siak, Husni Merza menghadiri Rembuk Stunting Tingkat Provinsi Riau yang di buka langsung Wakil Gubernur Riau (Wagubri) Edy Natar Nasution, bertemakan “Membangun Komitmen Kerjasama Pentahelix Dalam Percepatan Penurunan Stunting”.

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Provinsi Riau berada pada angka 17 persen, ini lebih baik dibandingkan tahun 2021 sebesar yaitu 22,3 persen. Dan prevalensi stunting di tahun 2022 ini, telah mencapai target perubahan RPJMD Provinsi Riau yaitu pada angka 18,4 persen, serta juga mencapai target WHO yakni 20 persen.

Meskipun angka stunting di Provinsi Riau turun 5,3 persen, Wagubri Edy mengingatkan untuk tidak lengah. Karena menurutnya, angka tersebut bisa saja berubah-ubah, tentunya perlu kewaspadaan.

"Meskipun demikian, kita tidak boleh lengah dan harus waspada, karena angka ini bisa saja berubah kembali. Oleh karena itu kita harus bisa bekerja keras untuk memastikan prevalensi stunting di Provinsi Riau jangan sampai naik kembali," jelas Wagubri Edy saat membuka Rembuk Stunting Tingkat Provinsi Riau di Hotel Grand Central Pekanbaru, Selasa (27/6/2023).

Disampaikan Wagubri Edy, percepatan penurunan stunting merupakan Program Prioritas Nasional yang harus mendapat perhatian serius, baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dimana sudah ditargetkan pada tahun 2024 angka stunting Indonesia bisa mencapai 14 persen.

"Prevalensi Riau tahun 2022 pada angka 17 persen, jadi dengan sisa waktu yang hanya tinggal satu tahun enam bulan ini, kita harus bisa menurunkan minimal 3 persen untuk kita mencapai angka 14 persen di tahun 2024," Ujar Edy.

Diinformasikan, stunting merupakan ancaman terhadap kualitas hidup, produktivitas, dan daya saing terhadap pembangunan sumber daya manusia. Sebagai dampak dari terganggunya pertumbuhan otak, dan perkembangan metabolisme tubuh dalam jangka panjang.

Selain itu juga stunting dapat mempengaruhi kemampuan belajar anak, menyebabkan keterbelakangan mental dan munculnya penyakit kronis ditubuh anak. Seringkali masalah-masalah non kesehatan menjadi akar dari masalah stunting, baik itu masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, serta masalah degradasi lingkungan.

Akan tetapi, stunting juga bisa dicegah langsung dengan menerapkan pola makan atau asupan gizi yang cukup dan seimbang, pola asuh, serta sanitasi dan akses air bersih.